Archive for Maret, 2009

Peminjaman Buku Periode Okt.2008 – Maret 2009

Maret 28, 2009

Perkembangan peminjaman buku dari bulan Oktober 2008 hingga Maret 2009 berfluktuatif, peminjaman tersering terjadi pada bulan Januari 2009 sebesar 932, sedangkan peminjaman terkecil terjadi pada bulan Pebruari 2009 sebesar 706 orang. Data selengkapnya sebagai berikut:

Okt 665
Nop 925
Des 723
Jan 932
Peb 706
Mar 756

ANGGOTA TERBAIK PERIODE JANUARI-MARET 2009

Maret 28, 2009

Untuk memberikan apresiasi kepada anggota UPT Perpustakaan Unpas yang rajin melakukan peminjaman buku dan selalu tepat waktu, mulai tahun 2009 kami memberikan penghargaan bagi anggota terbaik. Pada periode Januari – Maret 2009 kami memilih anggota terbaik perpustakaan sebagai berikut:

1. CHRISTINA NATALIA  044020223 EKONOMI/AKUNTANSI

2. SAM SAPTADI DRAJAT 064010321 EKONOMI/MANAJEMEN

3. DINA MARDIANA 044020218 EKONOMI/AKUNTANSI

SELAMAT KEPADA ANGGOTA TERBAIK PERPUSTAKAAN

PERAN IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA TERHADAP KOMPETENSI PUSTAKAWAN

Maret 28, 2009

PERAN IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA TERHADAP KOMPETENSI PUSTAKAWAN

Oleh

Hilman Firmansyah, SIP.[1]

A. Pendahuluan

Setiap organisasi, private atau public perlu membangun sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki secara profesional dan memiliki kompetensi yang tinggi. SDM yang berkompetensi tinggi akan menjadi pusat keunggulan organisasi sekaligus sebagai pendukung daya saing organisasi dalam memasuki era globalisasi dan menghadapi lingkungan usaha serta kondisi sosial masyarakat yang mengalami perubahan begitu cepat. Peran SDM dalam organisasi mempunyai arti yang sama pentingnya dengan pekerjaan itu sendiri, sehingga interaksi antara organisasi dan SDM menjadi fokus perhatian. Oleh sebab itu, nilai-nilai (values) baru yang sesuai dengan tuntutan lingkungan organisasi perlu diperkenalkan dan disosialisasikan kepada semua individu di dalam organisasi.

Demikian pula kompetensi SDM perpustakaan sangat penting untuk mengelola berbagai jenis informasi dan layanan di perpustakaan. Betatapun besarnya perpustakaan, kalau tidak memiliki SDM yang kompeten, maka perpustakaan tersebut tidak akan teratur, dan kemanfaatannya tidadk dapat dioptimalkan. Kompetensi semakin menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh sumber daya manusia perpustakaan. Masalah kompetensi menjadi penting, karena kompetensi menawarkan suatu kerangka kerja yang efektif dan efisien dalam mendayagunakan sumber-sumber daya yang terbatas. Sumber daya manusia atau tenaga kerja yang memiliki kompetensi memungkinkan setiap jenis pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, tepat-waktu, tepat-sasaran, dan sebanding antara biaya dan hasil yang diperoleh.

Berkaitan dengan hal tersebut, peran organisasi profesi yang menaungi pustakawan yaitu Ikatan Pustakawan Indonesaia (IPI) sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi pustakawan sesuai dengan tujuannya sebagai berikut:

1. Meningkatkan profesionalisme pustakawan Indonesia.

2. Mengembangkan ilmu perpustakaan dokumentasi dan informasi.

3. Mengabdikan dan mengamalkan tenaga dan keahlian pustakawan untuk bangsa dan negara RI.

B. Pentingnya Peran Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI)

IPI adalah organisasi profesi bagi pustakawan yang didirikan di Ciawi, Bogor pada tanggal 6 Juli 1973. Ikatan Pustakawan Indonesia merupakan organisasi profesi yang bersifat nasional dan mandiri. Untuk dapat melaksanakan tujuan organisasi, Ikatan Pustakawan Indonesia melakukan berbagai kegiatan, antara lain sebagai berikut :

  1. Mengadakan dan ikut serta dalam berbagai kegiatan ilmiah di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi di dalam dan luar negeri.
  2. Mengusahakan keikutsertaan pustakawan dalam pelaksanaan program pemerintah dan pembangunan nasional di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
  3. Menerbitkan pustaka dan atau mempublikasikan bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi.
  4. Membina forum komunikasi antar pustakawan dan atau kelembagaan perpustakaan, dokumentasi dan informasi.

Selama 36 tahun pendiriannya banyak yang telah dilakukan oleh IPI baik IPI Pusat, Daerah Propinsi, maupun Daerah Kabupaten/Kota. Namun demikian kiprah IPI belum optimal, sehingga tidak dapat disejajarkan diri dengan organisasi profesi lain seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) atau organisasi profesi lainnya. Memang bukan perkara mudah untuk mensejajarkan dengan organisasi profesi lain, banyak hal yang karakteristiknya berbeda dengan yang lain, salah satunya adalah keanggotaan IPI, ternyata di IPI sangat beragam, sebagaimana dalam Anggaran Dasar IPI sebagai berikut:

Pasal 15

Anggota

(1)   Anggota Ikatan Pustakawan Indonesia terdiri dari :

a.     Anggota Biasa;

b.     Anggota Luar Biasa;

c.     Anggota Kehormatan.

(2)   Anggota Biasa adalah :

a. Warga negara Indonesia yang berpendidikan dan berpengalaman di bidang
perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo)

b. badan/Lembaga yang bergerak di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi (pusdokinfo)

(3)   Anggota Luar Biasa adalah:

Warga negara yang tidak berlatar belakang    pendidikan dan pelatihan
pusdokinfo dan / atau tidak berprofesi di bidang pusdokinfo.

(4)   Anggota Kehormatan adalah :

a.     Mantan anggota Pengurus atau Badan Pembina yang karena jasanya kepada IPI diangkat sebagai Anggota Kehormatan.

b.    Anggota kehormatan ditingkat Pusat ditetapkan oleh Kongres atas usul Pengurus Pusat.

c.     Anggota kehormatan ditingkat Daerah ditetapkan oleh Musyawarah daerah atas usul Pengurus Daerah.

Berdasarkan pasal 15 tersebut, keanggotaan IPI tidak hanya perorangan, badan/lembaga pusdukinfo pun bisa menjadi anggota. Demikian pula latar belakang pendidikan anggota IPI beragam, tidak hanya berlatar belakang pendidikan perpustakaan (pusdokinfo), dari latar belakang pendidikan lain pun bisa menjadi anggota IPI. Hal ini berbeda dengan organisasi profesi yang lain.

C. Peran IPI terhadap Kompetensi Pustakawan

Berbagai perubahan yang membawa konsekuensi terhadap perubahan organisasi antara lain (Kusumastuti, 2003:2) sebagai berikut:

1. Peningkatan perubahan teknologi dan perubahan sosial yang besar serta perubahan gaya hidup masyarakat;

2. Pergeseran ekonomi digital, e-commerce, yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang semakin tinggi;

3. Persaingan global yang semakin intensif;

4. Pasar yang terpecah-pecah dalam cakupan geografi yang luas, sehingga menuntut spesifikasi bidang yang jelas;

5. Gerakan anti diskriminasi yang memisahkan pekerja dan pelanggan berdasarkan ras, jenis kelamin, negara dan budaya yang akan semakin ditentang.

Kondisi di atas serupa dengan yang terjadi pada PUSDOKINFO (Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi) yang menjadi garapan dari organisasi IPI untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat pula. Salah satu strategi dalam melakukan perubahan organisasi adalah melalui peningkatan kompetensi SDM. Makin dirasa pentingnya SDM dalam menciptakan daya saing yang langgeng, karena manusia selalu dapat bertahan dalam situasi persaingan usaha seperti apapun. Hal ini disebabkan manusia memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan berkembang serta mampu menciptakan nilai pada produk atau jasa yang dihasilkannya. Oleh karena itu, setiap organisasi harus mampu merespon perubahan yang terjadi dengan melakukan berbagai inovasi, sehingga organisasi tersebut memiliki SDM dengan kompetensi yang tinggi sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pekerjaannya.

Menurut beberapa ahli yang dirangkum oleh Dharma (2005), terdapat lima karakteristik kompetensi, yaitu: motives, traits, self concept, knowledge, dan skills.

Pendapat tersebut bila dikaitkan dengan pustkawan, maka dapat dijelaskan sebagai berikut. Motives, adalah sesuatu di mana pustakawan secara konsisten berpikir sehingga ia melakukan tindakan. Traits, adalah watak yang membuat pustakawan untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara-cara tertentu. Self concept, adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seorang pustakawan. Knowledge, adalah informasi yang dimiliki seorang pustakawan untuk bidang tertentu. Skills, adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas tertentu baik secara fisik maupun mental.

IPI harus dapat menanamkan karakteristik kompetensi tersebut kepada anggotanya, sehingga kompetensi pustakawan akan semakin meningkat, baik secara professional maupun individu.

Daftar Pustaka

Anggaran Dasar Ikatan Pustakawan Indonesia

Kusumastuti (2003).

Surya Dharma (2005). Manajemen Kinerja. Jakarta: Pustaka Pelajar.


[1] Kepala UPT Perpustakaan Unpas, Pengurus Daerah IPI Jabar,dan Pengurus Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Jabar.

Pengunjung Perpustakaan

Maret 25, 2009

Selama bulan Maret 2009 pengunjung perpustakaan mengalami peningkatan, setiap hari rata-rata pengunjung perpustakaan berjumlah 250 orang. Berdasarkan data yang dihimpun di bagian PDE pengunjung diantaranya memanfaatkan fasilitas peminjaman buku, layanan internet, majalah dan koleksi khusus. Peminjam buku di perpustakaan dari tanggal 1-20 Maret 2009 berjumlah 688 orang, sedangkan pengguna layanan internet dan koleksi khusus setiap hari rata-rata 50 orang.

kondisi ruang baca dan buku perpustakaan

kondisi ruang baca dan buku perpustakaan

Di samping menggunakan layanan tersebut, ada juga pengunjung yang memanfaatkan jasa konsultasi gratis di perpustakaan, baik tentang pencarian judul untuk tugas akhir, pencarian jurnal, maupun cara membuat proposal dan laporan penelitian.

Layanan Internet di Perpustakaan Unpas

Maret 25, 2009

Perkembangan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, sejak hadirnya internet. Berbagai sumber ilmu pengetahuan tersedia, baik hukum, ilmu sosial, ilmu agama, teknologi dll. Namun tentunya informasi negatifpun tidak sedikit, karena banyak sekali situs-situs atau juga web blog yang menyuguhkan informasi negatif, baik gambar maupun cerita. Dengan kehadiran internet Pengguna menjadi dimanjakan, karena untuk mencari informasi pengetahuan, dan informasi lainnya dapat dengan mudah dan cepat didapat dibandingkan secara manual. Tetapi adanya internet ini bagi-bagi orang-orang yang iseng dijadikan alat propaganda untuk mempengaruhi moral, ataupun pengetahuan negatif,  karena di internet tidak sedikit situs-situs yang berbau sara dan pornografi yang dapat merusak moral, dan menghancurkan budaya timur yang nampaknya mulai terkikis dengan adanya globalisasi informasi ini.

Berdasarkan pantauan di perpustakaan Unpas setiap hari tidak kurang dari 50 orang yang menggunakan jasa layanan internet yang tersedia di perpustakaan. Mereka datang silih berganti dari pagi mulai pukul 08.00 sampai pukul 15.00 WIB, dengan diselingi istirahat pada pukul 12.00 – 13.00. Banyak informasi yang mereka cari di internet, baik untuk kebutuhan tugas perkuliahan maupun pencarian jurnal untuk kepentingan pengajuan judul skripsi.

suasana layanan internet

suasana layanan internet

Namun ada pula mereka yang menggunakan internet untuk chatting bersosialisasi di dunia maya. Berbicara tentang chatting, hal ini bisa dimanfaatkan untuk melakukan pembelajaran bahasa inggris dan mencari informasi seputar kondisi negara lain, seperti yang dilakukan oleh Umi dan rekan-rekan mahasiswa akuntansi FE UNPAS. Ketika terjadi agresi militer Israel ke Palestina, umi sering melakukan kontak dengan saudara-saudara dari Palestina melalui chatting.

Demikian kondisi layanan internet yang ada di perpustakaan Unpas, semoga kehadiran internet ini dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan dan wawasan berpikir akademik.

SEMINAR DAN PERTEMUAN RUTIN FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI (FPPT) WILAYAH JAWA BARAT DENGAN TEMA “PENINGKATAN KAPASISTAS PUSTAKAWAN DALAM RANGKA PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI”

Maret 19, 2009
fppt v di stie ekuitas

fppt v di stie ekuitas

Acara seminar dan pertemuan rutin dibuka oleh Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Propinsi Jawa Barat Drs. H. Dedi Junaedi, MSi. Pertemuan dan seminar dihadiri oleh 140 peserta dari berbagai Kepala perpustakaan dan pengelolan perpustakaan perguruan tinggi di Jawa Barat, serta satu wakil dari Perpustakaan Universitas Indonesia dan beberapa undangan dari perpustakaan instansi di Kota Bandung. Pada acara tersebut disampaikan sambutan diantaranya oleh Ketua FPPT Jabar, Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat, Ketua STIE EKUITAS dan Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Jawa Barat. Ketua FPPT Jabar mengatakan keberadaan forum diilhami oleh Perpustakaan Nasional yang beranggapan bahwa Perpustakaan Perguruan Tinggi merupakan mitra penting perpustakaan Nasional, untuk turut aktif mengembangkan perpustakaan di Indonesia, maka dibentuklah wadah Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia yang pendiriannya didirikan di Jawa Barat. Tema kali ini mengambil kualitas layanan sebagai back to basic karena selama ini forum lebih sering mengambil tema berkaitan dengan teknologi informasi. Forum kali ini beranggapan bahwa kualitas layanan pengelola atau Pustkawan merupakan suatu sumber daya yang penting, mengibaratkan seperti di dunia perbankan, yang senantiasa mengumbar senyuman dan layanan yang ramah kepada nasabahnya, pustakawan pun harus bisa seperti itu sehingga pemustaka menjadi betah berada di perpustakaan. Koordinator Kopertis Wilayah IV Jawa Barat yang diwakilkan dalam memberikan sambutannya karena berhalangan hadir mengatakan bahwa perpustakaan harus lebih memperhatikan aspek teknologi informasi, sesuai dengan perkembangan globalisasi informasi saat ini, sehingga tidak akan ditinggalkan oleh penggunanya. Koleksi di perpustakaan tidak hanya koleksi cetak seperti buku, majalah, jurnal, dan surat kabar, tetapi saat ini sudah banyak sekali koleksi digital baik tentang buku, journal maupun artikel, sehingga akan lebih mudah bagi pengguna untuk memanfaatkan fasilitas di perpustakaan. Ketua STIE Ekuitas sebagai tuan rumah, mengatakan akan pentingnya perpustakaan bagi peningkatan akademik perguruan tinggi. Dengan adanya forum diharapkan dapat meningkatkan perpustakaan perguruan tinggi yang berada di Jawa Barat, sesuai dengan motonya yang kuat membantu yang lemah. Perpustakaan perguruan tinggi merupakan bagian yang integral dari perguruan tingginya, oleh karena itu kemampuan tenaga pengelola atau pustakawan harus lebih diperhatikan kemampuannya, jangan sampai yang duduk di perpustakaan justru tidak mengerti akan pentingnya perpustakaan, misalnya dalam memberikan pelayanan kepada pengguna tidak ramah, tidak santun dan kualitas pendidikannya tidak diperhatikan, padahal perpustakaan peruguran tinggi melayani orang-orang intelektual seperti mahasiswa dan dosen. Pustakawan harus tulus hati dalam memberikan pelayanan kepada anggotanya, dan yang paling penting adalah pustakawan harus menyayangi buku-buku atau koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan, sehingga koleksi perpustakaan akan senantiasa terpelihara dengan baik. Kepala Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan peran penting FPPT Jabar dalam mengembangkan perpustakaan perguruan tinggi Jawa Barat, juga turut memperhatikan perpustakaan sekolah yang keberadaan nya masih sangat kurang baik kuantitas maupun kualitasnya. Kerjasama antar perpustakaan perguruan tinggi, juga kerjasama dengan perpustakaan daerah juga sangat penting baik kerjasama dalam tukar informasi koleksi, maupun kerjasama peningkatan SDM perpustakaan. Ketua Badan berharap dalam pertemuan kali ini para peserta dapat menyimak dan memperoleh manfaat yang berarti dari para pembicara, diantaranya dengan kemampuan membaca cepat (quick reading) yang akan disampaikan oleh Nunu A. Jamijaya (penulis buku dan pendiri IQRA: Indonesian Quick Reading Association), serta dari pembicara Bapak Hermanto Kosasih (Prime Consulting) berkaitan dengan pelayanan prima di perpustakaan. Demikianlah laporan seminar dan pertemuan ilmiah rutin FPPT JABAR yang ke V. Bandung, 19 Maret 2009