Musyawarah Nasional Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia

Mei 11, 2012

Kegiatan Musyawarah Nasional Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia diadakan di Yogyakarta, tepatnya di UGM pada hari Kamis, 26 April 2012. Acara munas diselenggarakan sebagai ajang pertanggungjawaban pengurus lama, dan pembentukan kepemimpinan baru di FPPTi. Pada kesempatan Munas tersebut yang hanya berjalan dalam waktu 1 jam, kembali terpilih Dra. Luky Widjayanti, M.Lib. (Kepala Perpustakaan Universitas Indonesia), Terpilihnya beliau untuk kali ke-3 atas permintaan dari seluruh peserta Munas, karena menganggap beliau masih pantas dan yang paling peduli terhadap perkembangan perpustakaan perguruan tinggi di Indonesia.

Sedangkan pada acara seminar nasional, yang dilaksanakan sebelum acara Munas menampilkan pembicara sebagai berikut:

SEMINAR dan MUNAS

Seminar  :Kepemimpinan Pustakawan

DR. Neila Ramdhani ( Fakultas Psikologi UGM)
M. Solihin Arianto, S.Ag., SIP., MLIS (Kepala Perpustakaan UIN SUKA)
A. Tri Susiati, S.Kom., MA. ( Kepala Perpustakaan UAJY)
Seminar : Profesionalisme Pustakawan
Drs. Sentot Haryanto, M.Si (Direktur Kemahasiswaan UGM)
Lilik Kurniawati Uswah, SE., M.Si (Direktur World Bank (IDIS) Corner, Perpustakaan UGM)
Irkhamiyati, SIP ( Pustakawan Berprestasi III Nasional 2011, Kepala Perpustakaan STIKES Aisyiyah)

tema tersebut diusung oleh Panita Munas melihat perkembangan Pustakawan Indonesia sedang menggeliat untuk meningkatkan kinerja dan prestasinya melalui pelayanan perpustakaan, pendidikan formal, karya-karya publikasi dan keikutsertaan dalam pemberdayaan pustakawan/pemustaka.

Mudah-mudahan dengan acara seminar nasional dan MUNAS FPPTi semakin meningkatkan peran perpustakaan tinggi. Selamat untuk bu Luky dan panita Munas.

 

Peran FPPT JABAR: berkaca dari pertemuan rutin I di UMI Sukabumi

Mei 11, 2012

Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Wilayah Jawa Barat Banten yang kiprahnya sejah Tahun 2000 dituntut peran yang lebih tidak hanya untuk kepentingan perpustakaan perguruan tinggi semata, melainkan juga turut memberikan kontribusi langsung bagi pembangunan di Jawa Barat, khususnya di Jawa Barat Bagian Selatan seperti Sukabumi.
Acara pertemuan rutin ilmiah I/2012 yang diselenggarakan di Universitas Muhamadiyah Sukabumi, banyak menghasilkan masukkan yang sangat bermanfaat tidak hanya bagi FPPT JABAR, tetapi juga bagi perkembangan pembangunan di Jawa Barat.
Diawali sambutan oleh Ketua FPPT JABAR Drs. Arief Dj. Tresnawan yang memaparkan kesalutannya terhadap UMI Sukabumi atas kesediaannya sebagai tuan rumah pertemuan rutin dan seminar ilmiah FPPT. UMI yang belum lama sebagai anggota FPPT tetapi sudah memberikan kontribusi berarti bagi Forum, oleh karena itu Ketua FPPT mengucapkan terima kasih kepada Rektor UMI dan Jajarannya, serta memberikan penghargaan yang tinggi.
Kesempatan selanjutnya sambutan dan juga sebagai Keynote Speaker Rektor UMI begitu antusias terhadap perkembangan perpustakaan di Indonesia, bahkan beliau merupakan pencetus adanya D2 perpustakaan di Universitas Terbuka. Mengawali sambutannya beliau mengatakan tentang perkembangan pembangunan di wilayah Jawa Barat Bagian Selatan khususnya Sukabumi, dari janji-janji kampanye Gubernur berkali-kali ternyata belum sesuai dengan ucapan dan harapan masyarakat Kota Sukabumi, beliau berharap fotum turut pula memberikan kontribusi langsung, dengan cara turut menyuarakan pembangunan di Kota Sukabumi.
Pernyataan senada diucapkan pula oleh Wakil Walikota Sukabumi berkaitan dengan pembangunan di wilayah Jawa Barat Bagian Selatan. Beliau menyarankan agar pertemuan forum juga menghasilkan suatu rekomendasi bagi pembangunan di Jawa Barat, tidak melulu mementingkan perpustakaan.
Pertemuan rutin forum kali ini benar-benar memiliki makna dan pengalamana yang sangat berarti bagi pengurus dan anggota forum, karena dihadiri dan dibuka oleh Wakil Walikota Sukabumi.
Pada kesempatan yang lain, acara seminar ilmiah tentang Komunikasi Efektif yang dipaparkan oleh Yulianti Shodiqin, S.Sos., M.Lib., dengan moderator Hilman Firmansyah, S.Ip., M.AP. menghasilkan suatu kesimpulan bahwa komunikasi efektif sangat dibutuhkan di perpustakaan, apalagi dengan perkembangan informasi yang begitu pesat di perpustakaan, dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi di perpustakaan mengharuskan pustakawan untuk berkomunikasi efektif, baik sesma pustakawan maupun dalam memberikan layanan kepada pemustaka.
Semoga dengan pertemuan rutin dan seminar ilmiah ini, bisa memberikan nuansa baru bagi perkembangan perpustakaan perguruan tinggi dan pembangunan di Jawa Barat, khususnya di bidang pendidikan.

Reportase Pertemuan IV FPPT Jabar di UNPAS

Desember 13, 2011

Pertemuan ilmiah IV Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi (FPPT) Jabar diselenggarakan atas kerjasama Universitas Pasundan dengan FPPT JABAR, dilaksanakan pada hari senin tanggal 5 Desember 2011 bertempat di aula Jalak Harupat Kampus IV UNPAS Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung.
Pertemuan tersebut dihadiri oleh 100 anggota dan pengurus FPPT JABAR diantaranya dari perpustakaan UNISBA, UNIKOM, Widyatama, UPI, ITENAS, Maranatha, ITB, UNPAD, UNWIM, UIN Sunan Gunung Djati dll.
Pertemuan tersebut dibuka oleh Pembantu Rektor II UNPAS (Dr. H. T. Subarsyah, SH., C.N.) pada kesempatan tersebut mewakili Rektor UNPAS yang berhalangan hadir karena adanya akreditasi untuk program S-3 Ilmu Manajemen UNPAS. Pada sambutan dan pembukaannya Dr. Subarsyah mengatakan sebagaimana tema pertemuan dan seminar tentang Leadership bagi peningkatan Kinerja Pustakawan, beliau menyampaikan bahwa kepemimpinan yang baik dan panutan bagi sekalian alam adalah kepemimpinan Rosululloh SAW., di samping itu beliau juga menjelaskan bahwa sebagai orang sunda jangan lupa tentang kepemimpinan yang dilakukan oleh ki sunda. Yang paling menarik dari sambutan beliau adalah bahwa di perpustakaan itu tersimpan mutiara-mutiara pengetahuan, sehingga sudah tidak jaman di perpustakaan itu tempat buangan, Selanjutnya beliau mengatakan pula bahwa Perpustakaan merupakan gurunya professor.
Pada sambutan sebelumnya Ketua FPPT Jabar (Dra. Arief D. Tresnawan) mengatakan bahwa peran kepemimpinan di perpustakaan sangat vital, maju mundurnya perpusakaan sangat tergantung dari kepemimpinan kepala perpustakaan. Menjadi seorang pemimpin di perpusakaan tidaklah mudah, karena harus memiliki trik dan kemauan keras untuk meyakinkan pimpinan perguruan tinggi, bahkan menurut beliau ada istilah kepemimpinan SOSPOL (sosorongot dan popolotan), karena tak jarang peran perpustakaan dikecilkan, padahal bila akreditasi dan penyusunan borang selalu perpustakaan yang menjadi sorotan dan menjadi tumpuan lembaga terpenting.
Pada sesi seminar Dr. Iwan Satibi (Staf Pengajar Pascasarjana UNPAS) sebagai pembicara seminar mengatakan bahwa pustakawan harus dapat merubah citra asumsi umum yang mengatakan bahwa seorang pustakawan lebih banyak bersentuhan dengan tugas-tugas yang bersifat administratif ketimbang tugas-tugas manajerial. Menurut beliau seorang pustakawan membutuhkan leadership dalam menjalan tugasnya. Perama, tugas seorang pustakawan tidak hanya bersentuhan dengan aspek-aspek yang administrative semata, tetapi juga ada “medan pengabdian lain” yang tidak kalah menarik, menantang dan mungkin dipandang sebagai suatu yang utopis. Tugas suci dimaksud adala ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Kedua, seorang pustakawan juga dituntut untuk mampu melakukan terobosan dalam mendukung penguatan sumber daya anggaran dan fasilitas. Selanjutnya beliau mengatakan kepemiminan pustakawan harus memiliki karakteristik diantaranya adalah visioner, memiliki kecerdasan intelektual dan emosional, memiliki kecerdasan entrepreneur, memiliki kecerdasan dalam mengambil keputusan, memiliki integritasw dan moralitas, dan tangguh serta konsisten. Demikian diantara pemaparan yang Dr. Iwan sampaikan.
Di samping kegiatan pertemuan ilmiah dan seminar pada hari yang sama UNPAS ditunjuk sebagai tuan rumah untuk workshop Portal Garuda yang dilaksanakan di Gedung B Lt. 6 kampus Fakultas Teknik UNPAS dimulai pukl 13.00 sd. 15.00 WIB. Pada acara workshop hanya beberapa perguruan yang diundang oleh dikti diantaranya UNPAS, UNISBA, Widyatama, UNIKOM, ITENAS, Maranatha, UNPAR, UIN, UPI, STKIP Pasundan, ITB, UNPAD.
Mudah-mudahan dengan kegiatan tersebut apa yang direnakan dan program FPPT Jabar untuk meningkatkan peran perpustakaan dan pustakawan peruguruan tinggi di Jawa Barat dapat terwujud.

Bandung, 5 Desember 2011

Seminar dan Workshop Nasional How to Market The Hybrid Libraries

November 30, 2011

Seminar dan Workshop Nasional tentang Hybrid Library Marketing

Seminar dan workshop yang diselenggarakan oleh FPPTi dan FPPTi Wilayah DKI Jakarta berlangsung selama 2 hari (24-25 Nopember 2011) bertempat di Gedung Baru Perpustakaan Universitas Indonesia kampus Depok.

Kegiatan dibuka oleh Ketua FPPTi Wilayah DKI Jakarta (Ibu Endang Ernawati) yang pada pembukaannya menyatakan bahwa perpustakaan yang sudah semakin berkembang pesat dibalut oleh teknologi komunikasi yang semakin maju, sebaiknya semakin gencar pula memasarkan produknya.

Pembicara pada seminar diantaranya adalah Prof. Bachtiar Aly (Pakar Komunikasi dari Universitas Indonesia), Onno W. Purba (Pakar Perpustakaan),  Ms Karen Vanesa Salamat Cruz, MLIS (Direktur Perpustakaan BINUS), Aditya Nugraha MS (Kepala Perpustakaan PETRA), Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit (Pakar Teknologi Komunikasi), Drs. Agus Rusmana, MA (Pakar Ilmu Perpustakaan), Fuad Gani, SS., MA. (Pakar Ilmu Perpustakaan).

Di samping kegiatan tersebut, pada tempat yang sama diadakan pula Rakornas FPPT yang dipimpin langsung oleh Ibu Luky Wijayanti dan Bapak Abdurahman, serta FGD (Forum Group Discusion) tentang Portal Garuda.

Pada sesi pertama Prof. Bachtiar Ali menyampaikan bahwa perpustakaan harus dipasarkan baik ilmu maupun produknya. Perpustakaan sesuai dengan perkembangannya harus dapat dipadukan antara perpustakaan digital dan konvensional. Perpustakaan konvensional sangat dibutuhkan terutama untuk ajang sosialisasi dan dikusi antara pembaca serta pustakawan. Selanjutnya beliau juga menyarankan agar setiap perpustakaan dapat melakukan studi banding agar dapat mengukur kondisi perpustakaan saat ini. Dengan mengetahui kondisi perpustakaan, kita selanjutnya dapat menentukan langkah-langkah bagi pengembangan perpustakaan, salah satunya adalah dengan jalan promosi perpustakaan. Untuk keberhasilan dalam pemasaran sebaiknya memahami positioning perpustakaan dan target audience yang diharapkan.

Sedangkan pada sesi yang sama Onno W.P. yang terkenal dengan copy-left nya menyatakan dengan kondisi perpustakaan saat ini memudahkan dalam menyusun program pemasaran karena bisa memanfaatkan jejaring social seperti facebook, twiter dll. Keterlibatan pembaca di perpustakaan saat ini bisa dimanfaatkan sehingga rasa memiliki dan kepedulian terhadap perpustakaan semakin meningkat. Selanjutnya juga beliau menyarankan agar pustakawan tidak hanya sebagai konsumen pengetahuan tetapi harus sudah bisa menjadi produsen, caranya yaitu dengan menulis dan menulis, berbagi pengetahuan kepada masyarakat pembaca.

Adapun pembicara lainnya yaitu Aditya lebih menekankan pada even  yang diselenggarakan oleh perpustakaan. Perpustakaan sudah harus berpikir tidak hanya untuk civitas akademikanya saja,misalnya dengan memperhatikan lingkungan social dan perkembangan kota, contoh pada hari batik, Perpustakaan sebagai penyelenggara pawai batik di Surabaya yang dilakukan oleh Pustakawan Petra, serta berbagai kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut merupakan suatu kegiatan marketing yang sangat penting.

Demikian secuil yang dapat dilansir dari berbagai kegiatan, mudah2an dapat bermanfaat.

evaluasi mata kuliah teknologi media

November 2, 2011

EVALUASI MATERI KULIAH MEDIA TEKNOLOGI Modul 1 1. Apa yang dimaksud perpustakaan the preservation of knowledge? 2. Apa yang dimaksud dengan media dan teknologi? 3. Apa yang dimaksud dengan sender, receiver, encoding dan decoding? 4. Sebutkan beberapa factor karakteristik media meurut Jerold Kemp (1986) ? 5. Sebutkan keuntungan dalam memanfaatkan media? 6. Sebutkan berbagai penggunaan computer di perpustakaan? Kegiatan belajar 2 7. Sebutkan tujuan pemanfaatan media menurut Kemp dan Dayton ? (memotivasi, menyampaikan informasi, dan pembelajaran) Modul 2 8. Media apakah yang memiliki krakteristik sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi melalui unsure suara? (media audio) 9. Sebutkan program audio secara fisik? (piringan hitam, compact disk, pita open reel, dan kaset audio) 10. Sebutkan pemanfaatan media audio? (mendokumentasikan pidato, merekamdiskusi, menyajikan rangkuman, merekam hasil wawancara, menjelaskan prosedur untuk mengerjakan suatu aktivitas, dan melatih keterampilan memahami pesan verbal) 11. Media audio harus dimanfaatkan sesuai dengan potensinya sebagai media yang menggunakan unsure suara untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. 12. Sebutkan keuntungan media audio? (relative murah untuk mengkomunikasikan informasi, mudah diperoleh dan mudah digunakan, fleksibel untuk digunakan dalam proses belajar baik berkelompok maupun individu, bentuknya ringkas dan mudah dibawa) 13. Apakah keterbatasan medium audio? 14. Sebutkan jenis media audio! (piringan hitam; cd, kaset audio, pita open reel) 15. Untuk mengkomunikasikan pesan audio secara efektif kepada pemirsa, maka pengetahuan atau informasi terlebih dahulu harus dirancang dalam bentuk? (naskah) 16. Sebutkan klasifikasi sumber suara? (suara manusia, hewan, instrument music, lingkungan sekitar, dan suara elektronik) 17. Ada beberapa jenis pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan pengetahuan atau informasi melalui medium audio. Pendekatan tsb. Antara lain? (berita, features, documenter, dan drama) 18. Sebutkan unsure-unsur suara? (narrator, efek suara dan music) 19. Sebutkan pola pengorganisasi dalam penulisan naskah? (pembukaan/opening, isi program/propgram content, dan penutupan/closing). MODUL 3 20. MEDIUM yang diproyeksikan disebut medium? (transparansi) 21. Untuk menggunakan medium transparansi kita harus menggunakan perangkat keras berupa? (overhead projector) 22. Sebutkan factor penting yang perlu diperhatikan dalam membuat medium transparansi! (tujuan yang akan dicapai, karakteristik calon pemirsa, isi informasi, ilustrasi gambar) 23. Sebutkan keuntungan medium transparansi dari segi penyaji informasi (presenter)! (medium transparansi memiliki kemampuan dapat memperjelas proses penyampaian pengetahuan dan informasi; penggunaan medium transparansi akan memberikankeuntungan bagi penyaji; pengetahuan dan informasi yang terdapat dalam medium transparansi harus dibuat secara berurutan dan sistematik; informasi yang telah selesai ditayangkan dapat dicopy di atas kertas dengan menggunakanmesin fotocopy; penggunaan warna dalam medium transparansi dapat membantu penyaji untuk memberikan penekanan pada pengetahuan dan informasi) 24. Dilihat dari sisi komunikan atau orang yang menerima informasi, medium transparansi dapat member keuntungan, yaitu (membantu komunikan belajar secara sistematis; meningkatkan daya ingat terhadap pesan dan informasi, menyamakan persepsi terhadap pengetahuan dan informasi; member variasi penyajian; meningkatkan motivasi belajar.) 25. Sebutkan teknik membuat medium transparansi! (teknik pembuatan langsung (write on); teknik pembuatan tidak langsung). 26. Berdassarkan teknik pemakaiannya, dalam menyampaikan informasi kepada pemirsa (audience), medium transparansi dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis yaitu? (transparansi tunggal, transparasi tumpuk, dan transparansi tutup-buka).

SEMINAR DAN WORKSHOP PERTEMUAN FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI JAWA BARAT 22 September 2011 di UNSIL TASIKMALAYA

September 23, 2011

Pertemuan rutin III Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Wilayah Jawa Barat dilaksanakan atas kerjasama Univesitas Siliwangi Tasikmalaya dengan FPPT JABAR. UNSIL untuk yang ketiga kalinya sebagai tuan rumah pertemuan FPPT JABAR, demikian disampaikan Ketua FPPT JABAR (Drs. Arief Dj. Tresnawan) pada sambutan pembukaan pertemuan tsb. Pada sambutan berikutnya disampaikan oleh Kepala Perpustakaan UNSIL (Ir. Indra Mahdi) selaku tuan rumah,  memaparkan bahwa peserta yang hadir lebih dari 100 peserta, datang dari berbagai perpustakaan perguruan tinggi di Jawa Barat yang sebagian besar merupakan anggota FPPT JABAR. Pada pertemuan tersebut dibuka oleh Rektor UNSIL Prof. Dr. H. Kartawan, pada sambutannya menyatakan bahwa perpusakaan merupakan suatu lembaga central di Perguruan Tinggi, perpustakaan merupakan jantung dan ruhnya Perguruan Tinggi, namun dalam kiprahnya masih banyak perguruan tinggi yang kurang memperhatikan keberadaan perpustakaan, padahal ketika masa akreditasi program studi, informasi tentang perpustakaan selalu menjadi perhatian dan penilaian dari asesor. Saat ini dengan semakin majunya perkembangan informasi dan teknologi, seharusnya perpustakaan lebih diperhatikan dan difungsikan sebagaimana mestinya, sesuai dengan peraturan tentang perpustakaan.

Pada kegiatan tersebut secara parallel diadakan workshop penyusunan Standar Operational Procedure Perpustakaan Perguruan Tinggi dan workshop penelusuran ejournal EBSCO dan Gale. Sebagai pembicara workshop tentang SOP Perpustakaan disampaikan oleh Dra. Helmy (Kepala Perpustakaan POLBAN) yang dimoderator oleh Hilman Firmansyah, SIP (Kepala Perpustakaan UNPAS). Kegiatan tersebut diikuti dengan serius dan antuias oleh peserta, hal ini ditunjukkan sampai akhir acara, peserta tetap setia berada di ruangan pertemuan. Pada workshop SOP peserta dibagi kedalam 6 kelompok untuk membahas berbagai kegiatan di perpustakaan seperti layanan, pengadaan, pengolahan serta teknologi informasi di perpustakaan. Peserta diharapkan pada pertemuan berikutnya telah selesai membuat SOP bagi masing-masing perpustakaan perguruan tingginya.

Disamping kegiatan workshop, ada juga presentasi produk ejournal dari Ebsco dan Gale, serta pameran buku dari Toko Buku Agung Seto dan Penerbit Andi.

Semoga dengan antusias dari pustakawan, perhatian dari pimpinan serta dukungan dari berbagai pihak, perpustakaan perguruan tinggi akan semakin maju.

KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DAN PENDELEGASIAN

Mei 30, 2011

KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF DAN PENDELEGASIAN

(diresume dari buku Prof. Benyamin Haritsz)

            Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti bersama-sama menanggung kekuasaan (pwer sharing), pemberian kekuasaan  (empowering) dan proses-proses mempengaruhi yang timbal balik dan menyangkut aspek-aspek perilaku kepimpinan seperti prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain untuk memperoleh gagasan dan saran-saran serta perilaku spesifik yang digunakan untuk mendelegasikan kekuasaan.

I. Lingkup Kepemimpinan Partipatif

            Kepemimpinan partisipatif menyangkut penggunaan berbagai macam prosedur keputusan yang memberikan orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut.

Macam-macam partisipasi

            Kepemimpinan partisipatif dapat dibagi dalam berbagai bentuk prosedur pengambilan keputusan dapat digunakan untuk mengikutsertakan orang lain dalam pengambilan keputusan. Kebanyakan dari teoritikus mengakui ada empat buah prosedur pengambilan keputusan yang cukup berarti, antara lain:

  1. Keputusan yang otokratik.
  2. Konsultasi.
  3. Keputusan bersama.
  4. Penedelegasian.

Keempat prosedur pengambilan keputusan tersebut dapat disusun bersama-sama dalam sebuah jajaran yang terdiri dari tidak ada pengaruh oleh orang lain sampai pada pengaruh yang besar. Varietas konsultasi dibedakan menjadi tiga buah, yaitu:

  1. Pemimpin tersebut member sebuah keputusan yang dibuat tanpa konsultasi terlebih dahulu, namun bersedia memodifikasinya menghadapi keberatan maupun keprihatinan;
  2. Pemimpin tersebut member sebuah usulan sementara dan secara aktif mendorong orang untuk menyarankan cara-cara memperbaikinya;
  3. Pemimpin tersebut mengajukan sebuah masalah dan meminta orang lain untuk berpartisipasi dalam mengdiagnosanya serta mengembangkan pemecahan-pemecahannya namun kemudian membuat keputusannya sendiri.

Perilaku yang partisipatif mempunyai kualitas yang dinamis dan dapat berubah sepanjang waktu. Misalnya, apa yang semulanya merupakan konsultasi dapat menjadi keputusan bersama, dan apa yang semulanya merupakan keputusan bersama dapat menjadi konsultasi, ketika ia menjadi jelas bahwa kelompok tersebut harus membuat keputusan akhir.

Keuntungan-keuntungan potensial kepemimpinan partisipatif

            Kepemimpinan partisipatif menawarkan sejumlah keuntungan seperti meningkatkan kualitas sebuah keputusan bila para peserta mempunyai informasi dan pengetahuan yang tidak dipunyai pemimpin tersebut, bersedia untuk kerjasama dalam mencari suatu pemecahan yang baik untuk suatu masalah keputusan, disamping itu peluang untuk memperoleh suatu pengaruh terhadap sebuah keputusan biasanya meningkatkan komitmen dalam hal tersebut. Keuntungan yang potensial juga tergantung pada siapa yang tersangkut dalam pengambilan keputusan, apakah mereka para bawahan, kerabat, atasan atau pihak luar.

 

2. Studi mengenai kepemimpinan partisipatif

            Para ilmuwan bidang social telah berminat untuk mempelajari konsekuensi dari kepemimpinan partisipatif. Setelah perilaku yang berorientasi pada tugas dan mendukung, sejumlah penelitian mengenai perilaku yang terbesar adalah tentang kepemimpinan partisipatif. Kebanyakan studi-studi tersebut menyangkut partisipasi para bawahan serta criteria efektivitas pemimpin biasanya adalah kepuasan dan kinerja para bawahan.

Dampak dari partisipasi

Secara kontras, penemuan dari studi kasus yang deskriptif mengenai para manajer yang efektif mendukung secara konsisten keuntungan kepemimpinan partisipatif. Secara singkat, setelah lebih dari empat puluh tahun penelitian mengenai kepemimpinan partisipasi, kita mendapatkan konklusi bahwa kepemimpinan partisipatif kadang-kadang menghasilkan kepuasan, usaha dan kinerja lebih tinggi di waktu lain serta tidak demikian adanya.

Keterbatasan penelitian partisipatif

Terdapat kelemahan-kelemahan metodologis dalam kebanyakan penelitian yang digunakan mengevaluasi efek kepemimpinan partisipatif. Studi-studi kuesioner-korelasional mengenai kepemimpinan partisipatif dibatasi oleh masalah pengukuran dan kesukaran untuk menemukan arah hubungan, sebab akibat. Ekesperimen lapangan juga mempunyai keterbatasan, banyak dari eksperimen itu menyangkut sebuah program partisipasi yang diajukan oleh organisasi tersebut daripada oleh perilaku dan partisipatif seorang manajer individual. Kurangnya hasil-hasil yang konsisten tentang efektivitas kepemimpinan partisipatif dapat juga mencerminkan fakta bahwa berbagai macam bentuk partisipasi adalah efektif pada situasi-situasi tertentu, namun tidak pada yang lainnya.

3. Model pengambilan keputusan normatif dari Vroom dan Yetton

            Vroom dan Yetton membangun atas dasar pendekatan sebelumnya, langkah lebih lanjut dalam menspesifikasikan prosedur-prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam masing-masing situasi spesifik yang berbeda. Efektivitas keseluruhan dari sebuah keputusan tergantung pada dua variable intervensi: kualitas keputusan dan penerimaan keputusan. Variabel-variabel intervensi tersebut sebaliknya dipengaruhi oleh prosedur-prosedur dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Namun,  dampak dari prosedur pengambilan keputusan tersebut mempengaruhi kualitas dari keputusan dan penerimaannya tergantung pada berbagai aspek dari situasi tersebut.

Vroom dan Yetton mengidentifikasi lima buah prosedur pengambilan keputusan untuk keputusan yang menyangkut para bawahan yang majemuk, termasuk dua buah bentuk pengambilan keputusan yang otokratik, dua buah bentuk konsultasi dan sebuah bentuk keputusan bersama oleh pemimpin dan bawahan sebagai sebuah kelompok.

Menurut model pengambilan keputusan yang normative, efektivitas sebuah prosedur pengambilan keputusan tergantung pada aspek-aspek berikut ini: 1. Jumlah informasi yang relevan yang dipunyai pemimpin dan bawahannya, 2. Kemungkinan para bawahan menerima sebuah keputusan yang otokratik, 3. Kesamaan sasaran pemimpin dan bawahannya, 4. Pentingnya kualitas putusan, 5. Pentingnya penerimaan keputusan, 6. Jumlah ketidaksepakatan di antara para bawahan yang berkaitan dengan alternatif-alternatif yang diinginkannya, dan 7.sejauh mana masalah keputusan terebut tidak terstruktur.

 

4. Aplikasi-aplikasi: pedoman bagi kepemimpinan partisipatif

            Mendasari hasil penelitian mengenai partisipasi dan model dari Vroom & Yetton, beberapa pedoman sementara ditawarkan untuk digunakan pada kepemimpinan partisipati:

  1. Evaluasi tentang pentingnya keputusan
  2. Identifikasi orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau keahlian yang relevan
  3. Evaluasi kemungkinan kerjasama para peserta
  4. Evaluasi kemungkinan penerimaan tanpa partisipasi
  5. Evaluasi kelayakan (feasible) untuk mengadakan sebuah pertemuan

Beberapa pedoman untuk mendorong lebih banyak partisipasi antara lain meliputi:

  1. Konsultasi dengan orang-orang sebelum membuat perubahan
  2. Jelaskan bahwa sebuah usulan bersifat sementara
  3. Catat gagasan-gagasan dan saran-saran
  4. Carilah cara-cara untuk membangun gagasan-gagasan dan saran-saran
  5. Berbicaralah secara taktis dalam keprihatinan untuk menjadi saran
  6. Dengarkanlah pandangan-pandangan orang yang menolak tanpa menjadi defensive
  7. Coba untuk menggunakan saran dan hadapi keprihatinan
  8. Perlihatkan penghargaan terhadap saran-saran

5. Pendelegasian

            Pendelegasian menyangkut penugasan tanggungjawab yang baru kepada para bawahan serta kewenangan tambahan untuk melaksanakannya. Sesuai dengan taksonomi terintegrasi yang disampaikan, pendelegasi dan konsultasi diperlakukan sebagai kategori yang khusus dari perilaku manejerial masing-masing dengan sejumlah subkategori. Pendelegasi dari beberapa hal secara kualitatif berbeda dari bentuk-bentuk lain kepemimpinan partisipatif. Pendelegasian juga mempunyai determinan situasional yang agak berbeda dengan konsultasi. Misalnya seoranag manajer mempunyai pekerjaan yang berlebih-lebihan kemungkinan akan menggunakan pendelegasian, tetepi sedikit konsultasi. Tidak heran tentang kepemimpinan secara bebas menghasilkan factor-faktor yang berbeda untuk konsultasi dan pendelegasian.

Berbagai Macam Pendelegasian

Istilah pendelegasian umumnya digunakan untuk menjelaskan berbagai macam  bentuk dan tingkatan yang berbeda-beda mengenai pembagian kekuasaan. Aspek-aspek utama pendelegasian termasuk keanekaragaman dan besarnya tanggungjawab, jumlah kebebasan atau jajaran pilihan yang diperkenakan dalam memutuskan bagaimana melaksanakan tanggungjawab.

Dalam bentuknya yang paling umum, pendelegasian menyangkut penugasan tugas-tugas atau bertanggungjawab untuk memproduksi sesuatu juga diberi tanggung jawab untuk memeriksa hasil produksi tersebut dan melakukan perbaikan terhadap kesalahan apa saja yang ditemukannya. Bila di berikan tugas-tugas, kewenangan tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut biasanya didelegasikan juga.

Kadang-kadang pendelegasian hanya menyangkut spefisikasi wewenang dan kebebasan tambahan untuk pekerjaan dan penugasan sama yang sudah dilakukan oleh bawahan tersebut. Pendelegasian ditingkatkan dengan memberi kepada penjual tersebut lebih banyak kebebasan untuk menetapkan harga pada waktu pengiriman.

Sejauh mana seorang bawahan harus meminta izin dahulu dari atasannya sebelum bertindak ini merupakan aspek lain dari pendelegasian.  Tingkat paling rendah dari pendelegasian adalah bila seseorang harus meminta kepada atasannya apa yang harus dilakukannya. Tingkat pendelegasian lebih besar bilamana seorang bawahan diizinkan untuk menentukan apa yang harus dilakukan. Namun harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu sebelum melaksanakan keputusan tersebut. Pendelegasian yang paling banyak terjadi bilamana bawahan tersebut diizinkan untuk membuat keputusan dan melaksanakannya tanpa mendapatkan persetujuan terlebih dahulu.

Persyaratan untuk melapor adalah aspek lain dari pendelegasian yang cukup banyak variasi. Jumlah otonomi bawahan adalah lebih besar bilamana laporan tersebut hanya dibutuhkan secara tidak teratur. Otonomi juga lebih besar bilamana laporan-laporan tersebut hanya menjelaskan baik angka maupun prosedur yang digunakan untuk mencapainya.

Arus informasi mengenai kinerja yang tersangkut dalam memantau kegiatan seorang bawahan juga bervariasi. Otonomi para bawahan akan lebih besar bila informasi yang terinci tentang prestasi kerja bawahan langsung dikirim kepada bawahan tersebut. Seorang bawahan besar juga kemungkinannya untuk mendapatkan lebih sedikit kekuasaan bila informasi mengenai prestasi kerja dikirim terlebih dahulu kepada Boss dan kemudian diteruskan kepada bawahan tersebut.

Keuntungan Potensial pendelegasian

Pendelegasian menawarkan sejumlah keuntungan potensial, bila dilaksanakan dengan cara yang sesuai oleh seorang manajer. Salah satu keuntungan potensial pendelagasian, seperti halnya  dengan bentuk-bentuk lain dari partisipasi dan pembagian kekuasaan, adalah perbaikan kulitas keputusan. Kualitas keputusan kemungkinan juga akan meningkat bilamana pekerjaan dari bawahan tersebut meminta tanggapan yang cepat terhadap suatu situasi yang berubah-ubah dan bila garis komunikasi tidak mengizinkan manajer tersebut untuk memantau situasi tersebut dari dekat dan cepat membuat penyesuaian. Sebaliknya, kualitas keputusan kemungkinannya tidak akan menjadi lebih untuk membuat keputusan yang benar, gagal untuk memahami apa yang diharapkan darinya atau mempunyai tujuan-tujuan yang tidak sesuai dengan yang dipunyai manajer tersebut.

Keuntungan potensial lainnya dari pendelegasian adalah komitmen yang lebih besar dari bawahan untuk melaksanakan keputusan secara efektif. Komitmen kemungkinan jika sebuah keputusan sibuat oleh bawahan, karena bawahan tersebut akan merasa tutut memiliki keputusan tersebut dan akan berusaha untuk manghindari suatu keputusan yang tidak akan berhasil yang mencerminkan rendahnya kemampuannya.

Pendelegasian adalah salah satu metode utama manajemen waktu bagi seorang manajer yang dibebani tanggungjawab yang berlebihan. Dengan mendelegasikan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang kurang penting kepada para bawahan, seorang manajer mendapatkan waktu bebas tambahn untuk tanggungjawab yang lebih penting.

Pendelegasian tanggungjawab dan kewenangan tambahan adalah sebuah bentuk dari pengkayaan tugas ( job enrichment ) yang kemungkinan akan membuat pekerjaan seseorang bawahan akan lebih menarik, menantang dan lebih berarti.

Alasan Kurangnya Pendelagasian

Sejumlah alas an mengapa beberapa orang manajer gagal mendelegasikan sebanyak yang seharusnya (Newman & Warrant, 1977; Preston & Zimmerer, 1978).

  1. Rasa tidak percaya pada para bawahan tersebut.
  2. Alasan yang berhubungan dengan tidak cukupnya pendelegasian adalah rasa takut akan dipersalahkan untuk kesalahan apa saja yang dibuat oleh bawahan.

Untuk menghindari risiko membuat kesalahan, seorang manajer dapat mendelegasikan tugas-tugas yang sensitive hanya kepada beberapa orang bawahan yang dipercaya atau tidak sama sekali.Kurangnya pendelegasian merupakan sebuah masalah pada para manajer yang merasa tidak mantap atau yang merupakan seorang perfectionist.

  1. Kecurigaan terhadap bawahan. Bila nilai-nilai dan sasaran-sasaran bawahan dirasakan tidak sesuai dengan yang dipunyai manajer, hanya sedikit saja pendelegasian kekuasaan untuk membuat keputusan akan terjadi. Contoh: organisasi yang mempunyai hubungan buruh-manajemen yang lemah. Bawahan dianggap orang yang malas dan tidak mau menerima tanggung jawab yang lebih besar, seorang manajer besar kemungkinannya idak akan banyak mendelegasikan (McGregor, 1960).

Pendelegasian Mengenai Konsekuensi Pendelegasian

Lena (1986) menemukan bahwa pendelegasian oleh para manajer klaim asuransi saling berhubungan dengan kompetensi tugas bawahan dalam pengaruhnya terhadap prestasi kerja bawahan; pendelegasian berhubungan dengan prestasi kerja yang lebih baik bagi para bawahan yang mempunyai kompetensi kerja yang tinggi dengan prestasi kerja yang paling jelek bagi para bawahan dengan kompetensi kerja yang rendah. Miller dan Toulouse (1986) menemukan bahwa jumlah pendelegasian pada 79 bisnis kecil berhubungan dengan tingkat keuntungan dan pertumbuhan penjualan mereka. Penelitian deskriptif mengenai manajemen efektif juga cenderung untuk mendukung efektivitas Pendelegasian (Bradforw & Cohen, 1984; Kanter, 1983, Kouze & Posner, 1987; Peters & Austin, 1985; Peter & Waterman, 1982).

6. APLIKASI-APLIKASI: PEDOMAN BAGI PENDELEGASIAN

Pedoman mengenai apa yang didelegasikan

–          Delegasikan tugas-tugas dan lakukan dengan lebih baik oleh bawahan

–          Delegasikan tugas-tugas yang mendesak walaupun bukan prioritas tinggi.

–          Delegasikan tugas-tugas yang relevan bagi karir seorang bawahan.

–          Delegasikan tugas-tugas dengan kesukaran yang sesuai.

–          Delegasikan tugas-tugas yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan.

–          Delegasikan tugas-tugas yang tidak sentral pada peran manajer.

7. Aplikasi-aplikasi: Pedoman tentang Cara Mendelegasi

Keberhasilan pendelegasian tergantung pada bagaimana pendelegasian itu dilakukan maupun pada apa yang didelegasikan.

– Spesifikasikan tanggungjawab yang jelas.

– Berikan kekuasan yang cukup dan perinci batas-batas kebijaksanaannya.

– Perinci persyaratan pelaporan

– Pastikan penerimaan tanggung jawab dari bawahan

– Teruskan informasi kepada merka untuk diketahui.

– Pantaulah kemajuan dengan cara yang sesuai.

– Usahakan agar supaya bawahan memperoleh informasi yang dibutuhkan.

– Berilah dukungan dan bantuan, namun hindari pendelgasian yang terbalik.

– Buatlah agar kesalahan itu menjadi suatu proses belajar.

  1. 8.      Memimpin Tim Yang Mengelola Diri Sendiri (Self Managed Team)

Self managed Team(tim yang mengelola diri sendiri) merupakan sebuah bentuk ekstrem pendelegasian atau pemberdayaan (empowerment) yang padanya tanggungjawab dan kekuasaan untuk membuat keputusan-keputusan manajemen yang penting diberikan kepada sekelompok orang yang melakukan sebuah tugas yang kompleks dengan kegiatan-kegiatan yang mempunyai kesaling tergantungan yang sangat tinggi.

Self managed Team telah digunakan dalam perusahaan-perusahaan seperti misalnya AT&T Colgate-Palmolive Company, Cummins Engine Company, Digital Equpment Corporation, general Electric, General foods, Goodyear Tire and Rubber, Motorola, Procter and General Motors, Volvo, dan Exox Corporation.

  • Berbagai Macam bentuk Tim

Terdapat banyak macam bentuk tim dan sebuah dimensi yang relevan untuk membandingkannya adalah dalam kaitannya dengan jumlah kekuasaan yang didelegasikan kepada mereka (Cohen,1991:Hackman,1986, Lawler. 1986). Bentuk tim tersebut mempunyai jumlah kekuasaan yang didelegasikan disebut “self desigining team” (tim yang membentuk rancangannya sendiri) atau sebuah “ autonomous work group” (kelompok kerja yang berdiri sendiri). Jenis tim yang demikian dianggap sebagai sebuah badan usaha tersendiri dalam organisasi induknya dan para pemilik organisasi atau manajemen tingkat tertinggi membolehkan tim tersebut untuk membuat kebanyakan keputusan-keputusan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah bisnis kecil. Misalnya, tim tersebut mempunyai kekuasaan untuk memilih anggota baru, melepaskan para anggota yang tidak memuaskan, menentukan standar-standar mengenai kualitas, menetapkan penugasan pekerjaan dan perancangan waktunya, mengelola peserdiaan, mengevaluasi kinerja para anggota tim.

Self Defining team masih merupakan sebuah bentuk organisasi yang relative langka, di Amerika Serikat dan lebih umum adalah Self Managed Team, kadang-kadang disebut “semi autonomous work group” (kelompok kerja yang tidak sepenuhnya berdiri sendiri) atau “Self Directed team”. Misi jangkauan dari kegiatan dan anggran dari Self Managed Team ditentukan oleh organisasi induknya dan manajemen mempertahankan tanggungjawab utama mengenai keputusan-keputusan yang menyangkut sumber daya manusia seperti memilih pemimpin tim, menerima dan memberhentikan anggota tim dan menentukan tingkat upah. Self Managed Team diberi ekuasaan dan tanggung jawab untuk keputusan-keputusan operasional seperti, menetapkan tujuan prestasi kerja serta standar kualitas,menetapokan prosedur kerja,dll.

  • Peran kepemimpinan pada Self managed Team

Dalm organisasi-organisasi yang mempunyai Self Managed Team, sangat membantu untuk membedakan antara peran kepemimpinan eksternal dan internal. Peran kepemimpinan internal menyangkut tanggungjawab manajemen yang diberikan kepada tim dan yang dirasakan bersama oleh para anggota kelompok. Self Managed Team mempunyai seorang pemimpin tim internal yang mengkoordinasi kegiatan tim. Pemimpin tim diangkat oleh organisai dan dipilih oleh para anggota tim.

Peran kepemimpinaneksternal menyangkut tanggung jawab selebihnya yang didelegasikan kepada tim. Peran utama pemimpin eksternal adalah untuk melayani sebagai seorang coach, seorang fasilitator, dan konsultan dari tim, bukan untuk mengawasi pekerjaan tim tersebut secara langsung.

  • Manfaat-manfaat dan Biayanya

Penelitian yang tersedia memberi petunjuk bahwa tim menawarkan sejumlah keuntungan yang potensial, termasuk komitmen yang lebih kuat dari para anggota tim terhadap pekerjaan, kualitas yang lebih baik, efisiensi yang lebih baik, pegawai yang lebih puas, keluar-masuk dan kemangkiran yang lebih rendah, pengembangan produk yang lebih cepat, serta baiaya gaji manajemen yang lebih rendah. Self managed team sangat sukar untuk dilaksanakan dan mereka dapat menjadi kegagalan yang menyedihkan bila digunakan pada situasi-situasi yang tidak cocok atau tanpa kepemimpinan serta dukungan yang mencukupi.

  • Kondisi-kondisi yang menunjang

Studi-studi yang tersedia menyarankan berbagai kondisi di bawah mana kemungkinannya lebih besar akan direalisasi (Hackman, 1986 Perce & ravlin, 1987).

Sasaran-sasaran yang ditetapkan dengan jelas. . Self managed team lebih besar kemungkinan berhasil bilamana seseorang pada sebuah posisi kepemimpinan menjalankan kekuasaan untuk menjernihkan misi serta prioritas-prioritas tim tersebut. Sasaran dan prioritas yang dirasakan bersama yang dipahami dengan jelas dan diterima bertujuan untuk memberi pedoman terhadap keputusan-kepurusan mengenai tugas, memudahkan yang dikoordinasi di seluruh tim dan memberi kemajuan dan untuk menyesuaikan strategi-strategi prestasi kerja.

      Rancangan pekerjaan yang sesuai. Tim lebih besar kemungkinannya akan efektif bila mempunyai tugas yang berarti yang memungkinkan para anggotanya untuk merasakan tanggungjawab pribadi terhadap pekerjaannya dan memberi umpan balikyang tepat waktu dan akurat mengenal kemajuan pekerjaan serta hasilnya.

      Ukuran dan keanggotaan yang sesuai. Ukuran yang optimal bagi . Self managed team biasanya adalah jumlah yang paling kecil yang diperlukan untuk melakukan suatu pekerjaan ( undstrom et al,1990). Self managed team mempunyai keanggotaan yang cukup stabil dibanding dengan tim proyek sementara dan tim pengembangan produk.

      Kekuasaan dan keleluasaan yang substansial. Keberhasilan Self managed team sangat tergantung pada cukupnya kekuasaan yang dipunyainya untuk melaksanakan tanggungjawab terhadap pekerjaan. Sebuah  Self managed team harus mempunyai kekuasaan untuk inengorganisasi dirinya sendiri dengan cara yang sesuai agar dapat melaksanakan pekerjaan tanpa campur tangan dari manajemen puncak atau serikat pekerja. Efektivitas  Self managed team dapat dikurangi oleh batasan-batasan mengenai keputusan-keputusan terhadap tugas kerja, prosedur kerja dan strategi-strategi untuk memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan pekerjaan.

      Sistem informasi yang memadai. Keberhasilan sebuah self managed team sangat tergantung pada akses terhadap informasi yang diperlukan untuk mengatur kegiatan-kegiatantim dan memantau kinerjanya. Pengenalan dari self managed group ke dalam sebuah organisasi kemungkinan akan menumbuhkan modifikasi yang substansial dari sistem-sistem informasi formal. Inforamsi yang peka mengenai produktivitas, efisiensi, kualitas, penghasilan, biaya dan keuntungan diperlukan tim tersebut memilih cara yang terbaik untuk merancang dan memproduksi sebuah produk atau jasa.

      Pengakuan dan imbalan yang sesuai. Sebuah sistem imbalan yang menentukan bahwa imbalan itu tergantung kepada kinerja tim akan meningkatkan efek motivasi sebuah tugas yang dirancang baik. Sebagai kebalikan dari banyak kelompok kerja, sistem imbalan tersebut harus menekankan kepada prestasi kerja tim daripada kinerja perorangan. Sistem imbalan tersebut harus tidak mendorong terjadinya persaingan diantara para anggota tim secara individual. Sebaliknya, para individu harus diberi imbalan untuk konstribusinya terhadap kinerja keseluruhan tim.

      Dukungan politis yang kuat dari manajemen puncak. Self managed team memerlukan banyak perubahan dalam peran dan kekuasaan para manajer dan staf pendidikan. Dukungan politis dari manajemen puncak adalah penting untuk memastikan bahwa bagian-bagian lain dari organisasi tersebut mendukung usaha-usaha untuk mengimplementasikan self managed team dan bukannya merusak. Dukungan tersebut termasuk bukan saja pendelegasian kekuasaan yang mencukupi. Tetapi juga alokasi sumber-sumber daya yang dibutuhkan oleh tim untuk dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, dan penciptaan sebuah budaya organisasi yang sebanding dengan self management dan pemberdayaan (enpowerment) tim-tim.

      Pemimpin eksternal yang kompeten. Hakcman, 1986 meyatakan bahwa pemimpin eksternal itu penting bagi keberhasilan self managed team, bukan saja pada saat mula didirikan  namun sesudah itu. Pemimpin eksternal tersebut menetapkan arah dari tim dengan mengkomunikasikan sasaran-sasaran dan priorotas-prioritas, serta menekankan visi yang menarik mengenai apa yang dapat dicapai oleh tim. Pemimpin eksternal harus mengkonfirmasikan harapan-harapan yang jelas mengenai tanggung jawab baru dari para anggota tim untuk mengatur perilaku mereka sendiri. Peran coaching membantu para anggota mempelajari keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan tugas yang dibutuhkan untuk merencanakan dan mengorganisasi pekerjaan, keterampilan hubungan antarpribadi yang dibutuhkan untuk dapat berfungsi secara efektif sebagai sebuah tim, serta keterampilan-keterampilan dalam mengelola diri sendiri. Fungsi penting dari pemimpin eksternal adalah untuk membangun rasa percaya diri dari para anngota tim.

Gambaran upt perpustakaan unpas

April 16, 2011

PENDAHULUAN

Pedoman ini disusun untuk para pengunjung pada umumnya, khususnya Mahasiswa dan Dosen agar tahu bagaimana memanfaatkan jasa-jasa yang disediakan UPT Perpustakaan Universitas Pasundan, serta mengenal hak, kewajiban dan tanggungjawab dalam memanfaatkan jasa-jasa tersebut.

Adapun isi pedoman ini meliputi informasi singkat mengenai cara-cara memanfaatkan jasa-jasa UPT Perpustakaan Universitas Pasundan, serta peraturan-peraturan dan sanksi-sanksi yang perlu diketahui.

Mengingat bahwa pedoman ini hanya memuat informasi yang singkat dan terbatas, maka jelaslah belum semua pertanyaan di dalam pedoman ini, oleh karena itu UPT Perpustakaan Universitas Pasundan senantiasa membuka kesempatan yang seluas-luasnya bagi para peminat untuk menanyakan penjelasan-penjelasan yang diperlukan lebih lanjut.

Mudah-mudahan pedoman yang sederhana ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi para pemakai jasa perpustakaan pada umumnya, dan bagi mahasiswa serta dosen Universitas Pasundan pada khususnya. Amin.

SEJARAH SINGKAT

Perpustakaan Universitas Pasundan berdiri pada tahun 1968 dan bertempat di Jalan Lengkong Besar No. 68 Bandung. Pada tanggal 1 Januari 1990 pindah lokasi ke Jalan Tamansari No. 8, menempati lantai dasar bangunan rektorat Universitas Pasundan, kemudian pada tanggal 1 Mei 1991 pindah menempati bangunan lantai 2 bangunan bekas perkuliahan fakultas Hukum ruang C7, C8 dan C9.

Pada tanggal 1 Maret 1996 Struktur Perpustakaan Universitas Pasundan yang asalnya Sub Bagian, berubah menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) dengan Surat Keputusan Rektor Universitas Pasundan Nomor: 022/Unpas.R/SK/C/II/1996. Perihal Pemberhentian Tenaga Kerja Edukatif Yang Merangkap Tenaga Administrasi, Serta Alih Tugas/Mutasi dan Promosi Tenaga Administrasi di Lingkungan Universitas Pasundan.

Pada tanggal 15 Oktober 1998 pejabat struktural di UPT Perpustakaan mengalami penambahan dua Kasubag. dengan keluarnya Surat Keputusan Rektor Universitas Pasundan Nomor: 206/Unpas.R.SK/C/X/1998.

Pada Tahun 2003 Perpustakaan telah terkoneksi ke Pusat Informasi Digital yang dikelola oleh Lembaga Penelitian Unpas, sehingga jenis layanan di Perpustakaan bertambah dan dapat diakses melalui fakultas, baik oleh perpustakaan fakultas maupun lembaga penelitian di fakultas.

Pada tahun 2005 Perpustakaan telah memiliki system informasi perpustakaan yang diberinama Lybsis versy 2.0 serta telah memiliki layanan internet, hal ini merupakan sumbangan dari Dana Pengembangan Universitas Pasundan.

Pada awal tahun 2011 perpustakaan pindah lokasi ke kampus Unpas Jl. Dr. Setiabudi 193, menempati gedung A lt. 4.

 

TUJUAN

Tujuan UPT Perpustakaan Universitas Pasundan ialah membantu mensukseskan pendidikan yang ada di bawah naungan Paguyuban Pasundan dengan misinya yaitu mengagungkan Agama Islam dan memelihara Budaya daerah Sunda pada umumnya dan di Lingkungan Universitas Pasundan pada khususnya, dengan memberikan pelayanan bahan pustaka secara efektif dan efisien.

Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut di atas, maka UPT Perpustakaan Universitas Pasundan mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menyediakan bahan pustaka yang mutakhir, dan refresentatif, termasuk buku-buku Agama Islam dan Budaya daerah Sunda.

2. Memelihara  dan  mengolah  bahan  pustaka  sedemikian  rupa, sehingga pemanfaatannya mengarah pada efektifitas dan efisiensi.

3. Memberikan  pelayanan  secara  optimal  kepada  semua  pemakai jasa perpustakaan, terutama Mahasiswa dan Dosen Universitas Pasundan.

4. Meningkatkan  koordinasi  dan   kerjasama     dengan   perpustakaan-perpustakaan lain khususnya yang ada di Jawa Barat dan DKI Jakarta.

5. Membina  dan  mengembangkan  profesi  petugas perpustakaan.

JAM BUKA DAN JAM LAYANAN

 

a. Jam Buka

Hari Senin s/d Kamis

Jam 08.00 – 16.00

Hari Jum’at

Jam 08.00 – 11.00

Jam 13.00 – 16.00

Hari Sabtu

Jam 08.00 – 15.00

 

b. Jam Layanan Peminjaman/Pengembalian

Hari Senin s/d Kamis

Jam 08.00 – 12.00

Jam 13.00 – 15.00

Hari Jum’at

Jam 08.00 – 11.00

Jam 13.00 – 15.00

Hari Sabtu

Jam 08.00 – 12.00

Jam 13.00 – 14.30

L O K A S I

Gedung UPT Perpustakaan Universitas Pasundan berlokasi di Jalan Dr. Setiabudi No. 193 Bandung.

JASA-JASA UPT PERPUSTAKAAN

Jasa-jasa yang bisa diperoleh pada UPT Perpustakaan Universitas Pasundan adalah pelayanan:

1. Peminjaman bahan pustaka

2. Referensi

3. Informasi Kilat

4. Bibliografi

5. Penelusuran bahan pustaka

6.Bimbingan pemakai jasa perpustakaan

7. Majalah dan koleksi khusus

8. Konsultasi  penulisan karya tulis (makalah, skripsi) serta  pembuatan proposal penelitian.

9. Pelayanan Internet

10.Pendaftaran anggota FPPT

PELAYANAN PEMINJAMAN BAHAN PUSTAKA

Perpustakaan meminjamkan bahan pustaka untuk dibaca di tempat, diphoto copy dan dibawa pulang ke rumah, dengan ketentuan peminjaman bahan pustaka sebagai berikut:

1. Bahan pustaka yang bisa dibaca, diphoto copy dan dibawa pulang ke rumah:

– Buku-buku wajib dan anjuran

2. Bahan pustaka yang bisa dibaca, diphoto copy dan tidak boleh dipinjam ke rumah:

– Buku-buku referensi (Kamus, Ensiklopedi, Almanak dll).

– Majalah

– Brosur

– Buletin

– Koran

– Kliping

3. Bahan pustaka yang hanya bisa dibaca di tempat:

– Skripsi

– Laporan Kerja Praktek

– Laporan Penelitian

– Makalah.

PELAYANAN REFERENSI

Bagi pengunjung atau pamakai jasa perpustakaan yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan pustaka, serta informasi pengetahuan yang ada kaitannya dengan koleksi referensi, petugas perpustakaan dapat membantu memberikan petunjuk dan informasi bahan yang dibutuhkan.

PELAYANAN INFORMASI KILAT

Dalam pelayanan informasi kilat ini perpustakaan menginformasikan berita-berita tentang perpustakaan, tambahan buku baru, tambahan skripsi, buletin dan majalah, yang kemudian dipublikasikan untuk diketahui oleh mahasiswa dan dosen-dosen Universitas Pasundan khususnya dan para pengunjung umumnya.

PELAYANAN BIBLIOGRAFI

Pelayanan bibliografi ini, tidak lain adalah membagikan daftar tambahan koleksi, terutama buku-buku sumber wajib dan anjuran kepada staf pimpinan, Dosen, dan Mahasiswa Universitas Pasundan pada khususnya dan kepada pengunjung pada umumnya. Di samping itu menyiapkan bibliogafi lengkap untuk masing-masing fakultas yang ada di lingkungan Universitas Pasundan.

PELAYANAN PENELUSURAN BAHAN PUSTAKA

Dalam pelayanan penelusuran bahan pustaka ini perpustakaan menyediakan:

1. Komputer untuk menelusur buku-buku yang ada di UPT Perpustakaan, baik melalui judul, pengarang maupun subyek buku.

2. Katalog indeks artikel koran dan majalah untuk membantu pengunjung yang membutuhkan subyek-subyek tertentu mengenai tulisan-tulisan ilmiah.

3. Kliping tulisan-tulisan ilmiah dari surat kabar dan majalah yang meliputi bidang-bidang:

a. Hukum dan HAM

b. Sosial Politik/ Pemerintahan

c. Teknik

d. Koperasi

e. Manajemen

f. Pendidikan

g. Agama Islam

e. Budaya Daerah Sunda

4. Informasi dan menunjukan ke perpustakaan lain, jika bahan yang dicari tidak terdapat di UPT Perpustakaan Universitas Pasundan.

BIMBINGAN PEMAKAI JASA PERPUSTAKAAN

Dalam bimbingan ini, petugas perpustakaan memberikan bimbingan dan petunjuk kepada pengunjung perpustakaan yang membutuhkan, untuk mengetahui cara mendapatkan bahan pustaka dan lain-lain yang berhubungan dengan perpustakaan, seperti antara lain:

1. Cara menggunakan katalog on line

2. Cara mencari buku dan bahan koleksi lain;

3. Cara penelusuran bibliografi melalui buku-buku referensi yang ada.

4. Cara menggunakan internet dan membuat email.

PELAYANAN MAJALAH DAN KOLEKSI KHUSUS

UPT Perpustakaan menyediakan majalah-majalah dari dalam dan luar negeri yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang ada di Universitas Pasundan baik masalah hukum, politik, ekonomi, pendidikan, teknologi, budaya dan keislaman.

Disamping buku-buku teks dan majalah, perpustakaan juga menyediakan koleksi khusus yang disimpan tersendiri. Koleksi khusus terdiri dari koleksi  terbitan civitas akademik Universitas Pasundan, dan koleksi kesundaan; seperti skripsi, laporan penelitian, laporan kerja praktek, buku panduan Universitas Pasundan, naskah-naskah sunda dll.

PELAYANAN KONSULTASI PENYUSUNAN SKRIPSI, MAKALAH DAN PROPOSAL PENELITIAN

UPT Perpustakaan memberikan pelayanan konsultasi penyusunan skripsi, serta pembuatan proposal penelitian baik bagi mahasiswa, dosen, maupun praktisi.

PELAYANAN INTERNET

Pada awal tahun 2005 Perpustakaan telah menambah jenis layanan Internet dengan Plexi Net.Hal ini memberikan nuansa lain mencari informasi tidak hanya koleksi tercetak tetapi dengan berbagai sumber di Internet, baik berupa jurnal, artikel, Koran dll yang telah on line di internet. Pada tahun 2006 pelayanan internet di perpustakaan dapat diakses secara gratis oleh anggota perpustakaan selama jam kerja.

FORUM PERPUSTAKAAN PERGURUAN TINGGI

Perpustakaan Universitas Pasundan pada Tahun 2004 telah tercatat sebagai anggota Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi yang ke-74, dimana dengan menjadi anggota forum tersebut memberikan kemudahan bagi mahasiswa Unpas untuk berkunjung ke perguruan tinggi lain SESAMA anggota forum.

KOLEKSI

Koleksi UPT Perpustakaan Universitas Pasundan terdiri dari:

1. Buku

2.Majalah

3. Laporan Penelitian

4. Laporan Kerja Praktek

5. Buletin

6. Koran

7. CD

8. Skripsi

9. dan lain-lain

Koleksi buku pada umumnya meliputi: Karya Umum, Filsafat, Agama, Ilmu Pengetahuan dan Kemasyarakatan, Bahasa, Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Praktek, Kesenian dan Rekreasi, Kesusastraan, Sejarah, Ilmu bumi, ditulis dalam Bahasa Asing dan Bahasa Indonesia. Yang terdiri dari buku-buku pelajaran (Teks Book), koleksi sunda, buku-buku referensi yang meliputi Ensiklopedi, Kamus, Buku Pegangan (Hand Book) dan lain-lain.

 

Koleksi:-      Buku

–      Majalah

–      Jurnal

–      CD/VCD

–      Disket

–      Koleksi sunda

–      Skripsi

15.000 judul 35.000 eks.

361 judul 5344 eks.

10 judul 200 eks.

344 judul 344 eks.

160 judul 160 eks.

700 judul 851 eks.

9577 judul 9577 eks.

 

KEANGGOTAAN

1. UPT Perpustakaan Universitas Pasundan memberi jasa-jasa kepada:

a. Seluruh mahasiswa Universitas Pasundan

b. Staf pengajar dan peneliti Universitas Pasundan

c. Karyawan di lingkungan Universitas Pasundan

d. Mahasiswa dari luar Universitas Pasundan

2. Syarat-syarat keanggotaan

a. Mahasiswa Universitas Pasundan

1) Menunjukan kartu mahasiswa/bukti pembayaran uang kuliah pada tahun akademik yang sedang berjalan.

2) Mengisi blanko formulir yang telah disediakan oleh Perpustakaan

3) Menyerahkan 2 (dua) buah pasfoto hitam putih terbaru ukuran 2X3 cm.

4) Membayar biaya pendaftaran:

-mahasiswa  baru tahun akademik 2010/2011 Rp.30.000,-.

-mahasiswa lama (memperpanjang kartu) Rp. 10.000,-

b. Staf Pengajar, Peneliti dan KaryawanUniversitas Pasundan

berlaku persyaratan a. butir   2), 3) ditambah menunjukan kartu staf pengajar/peneliti/karyawan, serta membayar biaya pendaftaran Rp.5.000,-.

c. Mahasiswa dari luar Universitas Pasundan

berlaku persyaratan a. butir 1), 2), 3), ditambah mengisi buku induk anggota luar dan biaya pendaftaran Rp. 15.000,-.

3. Mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut di atas segera dibuatkan kartu pinjaman (kartu anggota), agar yang bersangkutan dapat secepatnya memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

SISTEM PELAYANAN

UPT Perpustakaan Universitas Pasundan dalam memberikan layanan terhadap para pemakai jasa perpustakaan, menggunakan sistem terbuka, artinya para pemakai jasa perpustakaan bisa langsung mencari sendiri buku-buku teks, referensi, skripsi, majalah maupun koleksi sunda dalam raknya, atau terlebih dahulu melihat/mencari ke laci katalog khusus untuk buku.

PROSEDUR PEMINJAMAN

Karena  Sistem Pelayanan UPT Perpustakaan sistem terbuka jadi pengunjung  harus mencari sendiri buku yang dibutuhkan  ke rak buku, kemudian menyerahkannya kepada petugas untuk diberikan catatan tanggal kembali buku dan nomor pokok anggota pada buku dan kartu peminjaman  sebelum buku dibawa pulang ke rumah.

Sehubungan dengan hal tersebut pengunjung/pemakai jasa perlu mengetahui prosedur/proses peminjaman sebagai berikut:

1. Mencari buku langsung menuju rak buku atau terlebih dahulu mencari notasi buku yang dimaksud di dalam katalog yang tersedia/komputer.

2. Mencari  buku/bahan  koleksi  lain  dalam rak berdasarkan call number yang tercatat dalam kartu katalog.

3. Menyerahkan buku yang akan dipinjam serta kartu anggota yang masih berlaku kepada petugas peminjaman.

4. Petugas mencatat nomor pokok  dan tanggal kembali buku pada kartu anggota, kartu buku, dan slif kembali buku yang akan dipinjam.

5. Setelah dicatat oleh petugas buku yang akan dipinjam boleh dibawa pulang.

Untuk maksud tersebut pengunjung perlu pula mengetahui hal-hal sebagai berikut:

a. Susunan Buku dalam rak

Buku-buku disusun berdasarkan/menurut nomor klasifikasi DDC (Dewey Decimal Clasification) sebagaimana tercantum di bawah ini:

000  Karya Umum

100 Filsafat

200 Agama

300 Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan

330 Ekonomi

340 Hukum

350 Administrasi Negara

400 Ilmu Bahasa

500 Ilmu Pasti Alam

530 Fisika

540 Kimia

570 Biologi

600 Ilmu Pengetahuan Praktis/Teknologi

610 Kesehatan

650 Perkantoran

657 Akuntansi

658 Manajemen

700 Seni dan Rekreasi

800 Sastra

900 Sejarah dan Ilmu Bumi

b. Kartu Katalog

Dilihat dari susunannya, katalog UPT Perpustakaan Universitas Pasundan merupakan katalog terbagi (devide catalog), yang terdiri dari dua macam susunan, yaitu:

1. Susunan kartu katalog menurut abjad nama pengarang

2. Susunan kartu katalog menurut abjad judul buku

Disamping mencari buku melalui katalog manual UPT Perpustakaan juga menyediakan penelusuran lewat komputer dengan Lybsis.

 

TATA TERTIB UPT PERPUSTAKAAN

A. TATA TERTIB PENGGUNAAN RUANGAN

1. Dipintu  masuk  setiap  pengunjung  wajib mendaftarkan diri pada buku pengunjung.

2. Berhubung perpustakaan menggunakan sistem terbuka, maka demi keamanan koleksi setiap pengunjung wajib menitipkan tas, jaket, map, buku, catatan yang tidak dibutuhkan  dilemari penitipan (Lantai 1).

3. Pengunjung  wajib  ikut memelihara kebersihan dalam ruangan.

4. Pengunjung  tidak  diperbolehkan makan, minum, merokok, diruangan buku/ majalah dan ruang baca.

5. Pengunjung   wajib   ikut   memelihara   keutuhan dan keselamatan sarana perpustakaan yang digunakan.

6. Pengunjung wajib ikut memelihara ketenangan dalam ruangan.

B. TATA TERTIB PEMINJAMAN

1. Peminjam  bertanggung jawab atas bahan bacaan yang dipinjamnya. Peminjam tidak diperkenankan mengembalikan buku dititipkan kepada orang lain.

2. Bahan bacaan yang dapat dipinjam / dibawa pulang ke rumah: 3 (tiga) eksemplar buku (lain judul).

3. Kartu anggota dan Buku bacaan yang akan dipinjam, sebelum dibawa  pulang ke rumah terlebih dahulu diperlihatkan pada petugas penitipan barang di pintu keluar untuk diperiksa.

4.  Peminjam  wajib meninggalkan salah satu kartu identitasnya yang masih berlaku pada petugas peminjaman, jika hendak meminjam koleksi referensi, koran, dan majalah untuk diphoto copy.

5. Bahan bacaan yang telah selesai dipinjam, harus dikembalikan pada petugas peminjam.

6. Buku-buku referensi, disertasi, tesis, dan skripsi hanya dapat dipinjam untuk dibaca diruang baca skripsi.

7. Jangka waktu peminjaman untuk dibawa pulang ke rumah:

a. Mahasiswa/karyawan Unpas 2 (dua) minggu

b. Para Dosen dan Asisten dosen Unpas 2 (dua) minggu.

c. buku yang berkode R (cadangan) hanya satu minggu.

8. Buku-buku pinjaman, dapat diperpanjang kembali bila tidak ada yang memerlukannya. Untuk memperpanjang jangka waktu peminjaman, buku tersebut harus dibawa ke bagian peminjaman untuk diberikan tanggal kembali yang baru. Lamanya perpanjangan hanya 1 (satu) minggu.

9. Pada waktu peminjaman buku atau bahan bacaan lainnya, periksalah dahulu dengan teliti keutuhan bahan bacaan itu, rusak pada saat yang sama harus melaporkannya kepada petugas peminjaman. Laporan yang diberikan setelah meninggalkan perpustakaan tidak dibenarkan. Kerusakan tersebut menjadi resiko peminjam.

BEBAS PINJAMAN DAN SUMBANGAN BUKU ALUMNI UNPAS

Bagi mahasiswa Universitas Pasundan yang akan mengambil ijazah serta untuk mendapatkan keterangan bebas pinjam dari Perpustakaan, diwajibkan membawa kartu anggota UPT Perpustakaan Unpas dan menyumbangkan dua buah buku ke Perpustakaan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Buku yang diserahkan ada relevansinya dengan disiplin ilmu alumni (sesuai jurusan)  dan  kondisinya masih baik.

b. Buku-buku tersebut terbitan paling lama 5 (lima) tahun ke belakang, terhitung saat penyerahan.

c.  Minimal  harga  per  buku Rp. 10.000,- (Sepuluh ribu rupiah).

d. Hal-hal yang belum tertulis dalam aturan ini akan diputuskan oleh Kepala UPT Perpustakaan.

SANKSI-SANKSI

1. Bagi peminjam yang terlambat mengembalikan pinjamannya dikenakan denda sebagai berikut:

Bahan Pustaka untuk dibawa pulang:

Buku wajib, buku anjuran, buku penunjang, Rp. 250,- per hari per buku.

2. Peminjam  yang  mengembalikan  bahan  pustaka dalam keadaan sangat rusak, atau menghilangkan bahan pustaka yang dipinjamnya, harus menggantikannya dengan bahan yang sama, atau menanggung seluruh biaya  reproduksi serta denda keterlambatan yang dihitung sampai dengan saat melapor.

3. Sebelum denda  persoalan  lainnya    yang   berhubungan  dengan peminjaman atau penggunaan fasilitas perpustakaan diselesaikan dengan baik, peminjaman segala bahan bacaan untuk sementara dihentikan bagi yang bersangkutan.

4. Peminjam  yang  telah   tiga  kali melanggar peraturan perpustakaan, diskors untuk tidak menggunakan fasilitas perpustakaan selama satu semester.

5. Peminjam yang lebih dari tiga kali melanggar peraturan perpustakaan, diskors untuk tidak menggunakan fasilitas perpustakaan selama satu tahun kuliah.

6. Bagi yang lalai menyelesaikan urusan sanksi walau telah berulangkali diperingatkan, akan dikenakan sanksi akademik oleh Universitas setelah menerima laporan dari perpustakaan.

7. Ketentuan  mengenai  sanksi  berlaku baik untuk mahasiswa, dosen/asisten, maupun karyawan.

LAIN-LAIN

Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini penyelesaiannya akan diputuskan oleh Kepala UPT Perpustakaan.

Bandung, April 2011

UPT PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

DATA PEGAWAI

Kepala               : Hilman firmansyah, S.Ip.

(S1-Administrasi Negara,

Pelatihan Perpustakaan di YPI Yogyakarta, 1993, 3 bulan, Pelatihan Manajemen Perpustakaan Proyek SUDR 6 bulan di Universitas Indonesia)

Ksb. Pelayanan   : Neneng Nurhayani, S.Sos

Ksb. Pengolahan : Edi Hasudungan, S.Sos.

Staf Pengadaan  : K. Ganda Rukmana (SLTA)

Staf Pelayanan   Koleksi Khusus   :- Mar’uf (SLTA)

– Lina Herlina, SH.

– Bahruroji

– Enduy Sutaryan

Staf Pelayanan Peminjaman        :- Dadang Koswara (SLTA)

:- Budi Mulyono (SLTA +

Pelatihan Perpustakaan 3 bulan di Perpustakaan daerah)

Staf Rumah Tangga                    : – Dedi

 

STRUKTUR ORGANISASI UPT PERPUSTAKAAN

UNIVERSITAS PASUNDAN

KEPALA

RENCANA PENGEMBANGAN

UPT PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PASUNDAN

Web site www.digilib.unpas.ac.id www.elibrary.unpas.ac.id www.perpusunpas.wordpress.com  www.intanghina.wordpress.com

Email: perpusunpa@yahoo.com.sg    firmansyah.hilman@yahoo.com.sg

Otomasi perpustakaan

April 11, 2011

TUGAS RANGKUMAN  PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN

RANGKUMAN INI DIAJUKAN DALAM RANGKA MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH PENGANTAR ILMU PERPUSTAKAAN PADA PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN

TUGAS INI DISUSUN OLEH :

RAMDHANI MELA PERMANA     ( 016416008 )

HILDA MEYLANA                              ( 016593909 )

SEPTIYANI                                           ( 016326866 )

IRMA YUNITA                                    ( 016417024 )

NENG CICIH SAIDAH                      ( 016417031 )

INE SUSANTINA                                ( 016416918 )

NINA FS                                               ( 016416964 )

GERY                                                     ( 016670192 )

OKTA                                                     ( 016379225 )

NOVI                                                     ( 016379185 )

UNIVERSITAS TERBUKA TAHUN AJARAN 2011/2012

OTOMASI PERPUSTAKAAN

Istilah yang berkaitan dengan penggunaan mesin dan computer di perpustakaan, yaitu mekanisasi, komputerisasi, dan otomasi perpustakaan. mekanisme ialah penggunaan mesin diperpustakaan, pada kegiatan tersebut tenaga manusia masih lebih dominan daripada mesin. Komputerisasi artinya  penggunaan computer. Otomasi perpustakaan , artinya penggunaan teknologi informasi di perpustakaan, di dalamnya peran TI lebih dominan daripada peran manusia.

Penyusunan system berbasis computer diperpustakaan melibatkan pustakawan dalam kegiatan  yang bertautan dengan perencanaan, evaluasi,pemilihan , dan implementasi system. Bila perpustakaan memiliki cabang di tempat lain maka biaya yang akan dikeluarkan  oleh lembaga yang membawahi perpustakaan akan lebih banyak daripada hanya satu tempat saja.

System informasi berbasis komputer harus dikelola secara efektif untuk dapat memberikan jasa yang bermanfaat dan terpercaya, kegiatan implementasi merupakan proyek besar dan masih ditambah lagi dengan system harian.

A.      Sebuah system komputer, memiliki siklus  hidup yang  terdiri atas berbagai fase baku.

B.      Desain dan analisis system. Metodologi yang digunakan dapat untuk membantu pemilihan dan implementasi system yang dijual di pasaran atau membantu  dalam desain dan implementasi system baru yang khusus disesuaikan dengan perpustakaan.

Walaupun metodologi system beraneka ragam, pada umumnya system tersebut terbagi atas 5 bagian, yaitu :

1.      Definisi sasaran ( objectives )

2.      Definisi persyaratan system

3.      Desain

4.      Implementasi

5.      Evaluasi

C.      Definisi Sasaran

Definisi persyaratan system ( Penyelidikan dan spesifikasi persyaratan )

Dengan tersedianya berbagai informasi tentang pilihan berbagai system, wawasan bagaimana berbagai aplikasi akan dilakukan serta persyaratan aplikasi tertentu maka perlu mengembangkan  spesifikasi system yang lengkap. Maka fase definisi akan mencoba menjawab pertanyaan berikut.

a.      Kegiatan apa saja yang akan dibuat ?

b.      Pangkalan data apa saja yang akan dibuat ?

c.       Bagaimana membuat pangkalan data ini ?

d.      Cantuman ( record ) apa saja yang dimuat dalam pangkalan data tersebut ?

e.      Informasi apa saja yang tersedia dari pangkalan data tersebut ?

f.        Bagaimana penyajian informasi tersebut ?

g.      Ciri vital dan cirri tambahan apa saja yang dimuat dalam cantuman dan pangkalan data?

h.      Siapakah yang akan menggunakan system ini ? berkala ? tidak ajek?

i.        Tingkat pengalaman apakah yang diharapkan dari pemakai.

D.     Spesifikasi Sistem

Spesifikasi system biasanya mencakup sebagai berikut.

1.      Informasi latar belakang tentang perpustakaan dan badan induk yang membawahinya.

2.      Rincian fasilitas yang akan disediakan oleh system terkomputer, mengidentifikasi nama yang wajib dan mana yang diinginkan.

3.      Rincian tempat system akan beroprasi termasuk standar, protokol, dan komunikasi yang akan digunakan.

4.      Besaran system dalam kaitannya dengan jumlah cantuman ( records ) dan transaksi cantuman yang akan dicakup, jumlah workstation, dan laju pertumbuhan.

5.      Jadwal waktu implementasi system.

6.      Pertanyaan yang wajib dijawab oleh penjaja ( vendor ), seperti besaran perangkat keras, persyaratan kelistrikan, penunjang system, dan biaya.

7.      Informasi tentang kendala khusus yang akan dihadapi, misalnya tentang masalah penjadwalan waktu.

8.      Informasi tentang bentuk kontrak atau syarat dan setiap uji yang dapat diterima.

Spesifikasi persyaratan system memiliki tiga peran, yaitu sebagai berikut.

1.      Dokumen komunikasi yang menunjang setiap diskusi dan pengembangan di kalangan yang berkaitan dengan system.

2.      Dokumen rujukan selama masa implementasi, pemeliharaan dan tinjauan.

3.      Dokumen hokum karena merupakan bagian dari kontrak dengan pemasok ( supplier ).

Tingkat rincian mungkin berbeda tergantung pada spesifikasi namun spesifikasi merupakan dokumen utama. Fase definisi akan mengarah ke fase desain.

E.      Fase desain ( Desain dan pemrograman rinci )

F.       Fase Implementasi

Berbagai aspek implementasi yaitu :

1.      Persiapan dan perencanaan

2.      Pemasangan perangkat keras

3.      Pemasangan perangkat lunak

4.      Menciptakan pangkalan data

5.      Pelatihan stap dan penyiapan senarai uji ( Cheklist )

6.      Implementasi system yang berarti bergerak ke oprasi penuh system

Dalam perpindahan dari satu system ke system lain maka terdapat 3 strategi implementasi, yaitu sebagai berikut.

1.      Perubahan penyeluruh ( complete Changeover )

2.      Pendekatan bertahap ( Phased approach )

3.      Pelaksanaan parallel ( parallel operation )

4.      Operasi percobaan ( pilot operation )

G.     Fase evaluasi ( Pemilihan dan tinjauan )

H.     Bidang yang diotomasikan

a.      Sirkulasi

b.      Katalogisasi

c.       Pengadaan atau akuisisi

d.      Manajemen terbitan berseri

I.        Online Public Acces Catalogue ( OPAC )

J.        Hambatan

Press Release Workshop “MENJADI PUSTAKAWAN CERDAS, KREATIF, INSPIRATIF, KOMPETITIF DAN BERDAYA SAING”

Maret 1, 2011

Workshop

“MENJADI PUSTAKAWAN CERDAS, KREATIF, INSPIRATIF, KOMPETITIF DAN BERDAYA SAING”

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibarengi dengan makin pesatnya perkembangan dunia informasi sangat mempengaruhi perpustakaan, karena perpustakaan merupakan salah satu tempat berkumpulnya berbagai ilmu pengetahuan, dari mulai bidang ilmu karya umum, filsafat, agama, social, bahasa, ilmu murni, sampai kepada sejarah dll.. Beragam informasi dan pengetahuan tersebut, semuanya ini tak kan berarti apa-apa tanpa ada pengelolaan dari pustakawannya. Di samping itu sebagaimana tertuang dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, serta untuk mendukung visi dan Misi Provinsi Jawa Barat dalam mencerdaskan masyarakat Jawa Barat, maka peran pustakawan sangat penting dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Oleh karena itu dibutuhkan pustakawan yang memiliki kompetensi professional dan kompetensi personal, serta memiliki kepribadian yang unggul dan berdaya saing.

Pustakawan adalah sebutan bagi orang yang bekerja di perpustakaan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan atau ahli perpustakaan  Kemudian menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia dikatakan bahwa yang disebut pustakawan adalah seseorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan, sedangkan menurut kamus istilah perpustakaan karangan Lasa, H.S. Librarian – pustakawan, penyaji informasi adalah tenaga profesional dan fungsional di bidang perpustakaan, informasi maupun dokumentasi. Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan adalah orang yang memiliki pendidikan perpustakaan atau ahli perpustakaan atau tenaga profesional di bidang perpustakaan dan bekerja di perpustakaan. Jadi pustakawan adalah seseorang yang profesional atau ahli dalam bidang perpustakaan.

Menurut Soepriyanto (Ketua Pengurus Pusat Ikatan Pustakawan Indonesia) peran pustakawan saat ini sangat penting, beragam informasi yang dikemas dengan berbagai media merupakan peluang yang sangat baik bagi pustakawan. Informasi tersebut kurang bermakna, bila tidak dikelola dengan baik oleh pustakawan. Selanjutnya Soepriyanto dalam sambutannya mengatakan, pustakawan yang baik adalah pustakawan yang rajin menulis, dan memberikan kemanfaatannya bagi para pembaca.

Sedangkan Pembina Pengurus Daerah IPI Provinsi Jawa Barat (Drs. H. Dedi Junaedi, MSi.) mengatakan dalam sambutannya Materi Workshop dalam acara tersebut sangat penting dan up to date dengan kondisi pustakawan dan perkembangan informasi saat ini. Peran pustakawan diharapkan tidak hanya sebagai pengelola sumber informasi di perpustakaan, tetapi juga yang lebih penting adalah membuka jaringan dengan berbagai lembaga/organisasi yang berkaitan dengan perpustakaan, khususnya Organisasi Ikatan Pustakawan Indonesia, menurut beliau dengan menjadi anggota IPI, akan diperoleh berbagai informasi terkini berkaitan dengan kepustawanan dan perpustakaan, serta informasi lainnya yang mendukung bekerja di PUSDOKINFO.

Sementara Agus Roesma, MA sebagai pembicara tentang Pustakawan SMART pada workshop ini, mengatakan diantaranya bahwa pustakawan telah dikutuk sebagai orang yang banyak tahu, jadi banyak para pelanggan yang mencari informasi, pasti akan bertanya pada pustakawan. Di samping itu pustakawan membutuhkan intelektual, pustakawan harus senantiasa membaca terlebih dahulu sebelum pelanggan (pembaca), agar dapat merujuk bila dibutuhkan oleh pelanggannya. Pustakawan harus bisa menemukan apa pun informasi yang dibutuhkan oleh pelanggannya, bila tidak ada pada perpustakaan sendiri, maka pustkawan sebaiknya dapat memberikan rujukan ke tempat lain. Pada penutup presentasi yang disampaikannya, beliau memberikan sebuah pertanyaan “Seberapa SMART kah pustakawan”?.

Pada pembicara berikutnya Ibu Marina Syarif dari OKY Modeling, dalam presentasinya mengatakan bahwa pustakawan tidak hanya harus pintar, dan cerdas, tetapi juga harus memperhatikan penampilannya, diantaranya cara berpakaian, menata rambut/menata jilbab dengan baik, cara berjalan, bahkan cara berbicara di depan public, dan di depan pelanggannya.

Sedangkan pada pembicara terakhir Suherman, M.Si. (Pustakawan dari LIPI Bandung, yang pernah menjadi Pustakawan Terbaik Tingkat Provinsi Jawa Barat, dan masuk dalam nominasi Pustkawan terbaik Nasional), beliau mengatakan bahwa pustakawan harus inspiratif. Banyak kesempatan yang dapat dilakukan di perpustakaan dengan berbagai sumber informasi yang dimilikinya. Profesi pustkawan berpeluang bisa menjadi profesi tersembunyi, banyak prospek bekerja di perpustakaan, diantaranya sebagai penulis, konsultan informasi, analisis informasi bahkan bisa menjadi seorang pengusaha, bila benar-benar menerapkan ilmu yang diperoleh di perpustakaan dengan baik. Menurut Suherman pustakawan harus memiliki konsep diri dan mimpi yang harus diakutalisasikan dalam perannya di perpustakaan, sehingga kemanfaatannya tidak hanya dibutuhkan oleh pelanggan, tetapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan bagi pustakwan.

Semoga dengan kegiatan workshop yang diselenggaran oleh IPI ini dapat meningkatkan kompetensi pustakawan Indonesia, khususnya di Jawa Barat.

Bandung, 23 Pebruari 2011